Tradisi warga Indonesia jelang Ramadan - Perlon Unggahan di Banyumas
26.Apr.2019

5 Tradisi Unik Warga Indonesia Jelang Ramadan


 

0
0
0

Tradisi unik jelang Ramadan di Indonesia - Nggak terasa bulan depan kita memasuki Ramadan. Yuk, persiapkan diri dan hati untuk memasuki bulan yang suci ini. Di Indonesia, ada beragam tradisi unik untuk menyambut Ramadan. Ada yang berjalan jauh ke makam tanpa alas kaki, makan bersama dalam satu piring, bahkan sampai mandi dengan perasan air jeruk. Unik-unik banget, ya. Kalian pengen tahu lebih banyak soal tradisi unik warga Indonesia jelang Ramadan? Simak penjelasan dari Mister di bawah ini.

 

1. Balimau di Minangkabau

[caption id="attachment_36543" align="aligncenter" width="1050"]tradisi balimau minangkabau Sumber: seruji.co.id[/caption]

Tradisi balimau diaksanakan tepat sehari sebelum Ramadan. Makna tradisi ini adalah untuk menyucikan diri sebelum berpuasa. Dalam tradisi ini, masyarakat Minangkabau mandi dengan air yang dicampur jeruk limau plus bunga kenanga dan akar tumbuhan gambelu. Lokasi penyelenggaraan balimau adalah di sungai Lubuk Miturun dan Lubuk Paraku. Tiap tahunnya, ratusan warga berbondong-bondong mengkuti tradisi ini. Alasan digunakannya jeruk limau adalah karena zaman dulu, warga Minangkabau menggunakan buah tersebut untuk membersihkan diri saat mandi sebagai pengganti sabun.

 

2. Nyorog - Betawi

[caption id="attachment_36544" align="aligncenter" width="1080"]tradisi ramadhan nyorog betawi Sumber: teropongmedia.id[/caption]

Masyarakat Betawi juga punya tradisi menjelang Ramadan, yakni nyorog. Dalam tradisi ini, warga akan saling berbagi bingkisan. Bingkisannya macam-macam, bisa berupa bahan makanan, seperti daging dan ikan mentah atau bisa juga sembako, seperti beras, gula, dan kopi. Terkadang, ada pula yang membagikan makanan dalam rantang berupa sayur gabus. Itu adalah makanan berbahan dasar ikan gabus yang dibumbui cabai merah, jahe, dan kunyit. Tradisi bagi-membagi bingkisan ini biasanya dilakukan dari warga yang lebih muda ke warga yang lebih tua. Tak jarang, mereka juga memohon doa restu dari warga yang lebih tua agar lancar selama menjalankan ibadah puasa.

 

3. Dugderan di Semarang

[caption id="attachment_36545" align="aligncenter" width="1050"]tradisi ramadhan dugderan semarang Sumber: kompas.com[/caption]

Dugderan berasal dari kata dug yang menggambarkan bunyi bedug dan der yang menggambarkan bunyi meriam. Tradisi ini berlangsung sejak 1881. Saat itu, awal Ramadan ditandai dengan bunyi pukulan bedug di Masjid Kauman dan tembakan meriam di halaman pendapa kantor Bupati Semarang, masing-masing tiga kali.

Sama seperti tradisi balimau di Minangkabau, dugderan dilaksanakan tepat sehari sebelum Ramadan. Tradisi ini berlangsung meriah karena ada karnaval yang diikuti warga Semarang. Prosesinya dimulai dengan pemukulan bedug oleh Wali Kota Semarang di balai kota. Dari balai kota, rombongan karnaval bergerak menuju Masjid Kauman. Satu hal yang menyita perhatian dalam karnaval adalah patung warak ngendhog. Itu adalah patung binatang berkepala naga dan bertubuh kambing. Patung tersebut terbuat dari kayu dan dilapisi kertas aneka warna.

Setibanya di Masjid Kauman, rombongan karnaval disambut sejumlah penari yang membawakan tarian tradisional dan dilanjutkan dengan pemukulan bedug dan penembakan meriam, masing-masing 17 kali. Dari Masjid Kauman, prosesi dilanjutkan ke Masjid Agung Jawa Tengah. Di sana, rombongan karnaval akan diterima oleh Gubernur Jawa Tengah.

Dugderan sudah menjadi semacam pesta rakyat. Semua warga larut dalam kemeriahannya. Apalagi dengan adanya pasar rakyat yang digelar beberapa hari sebelumnya. Di situ, terdapat banyak pedagang yang menjajakan aneka barang dan makanan.

 

4. Perlon Unggahan di Banyumas

[caption id="attachment_36546" align="aligncenter" width="1020"]tradisi ramadhan perlon Sumber: Good News From Indonesia[/caption]

Perlon unggahan adalah tradisi yang dilaksanakan seminggu jelang Ramadan oleh warga keturunan Ki Bonokeling. Dalam tradisi tersebut, warga berjalan menuju makam Ki Bonokeling yang terletak di Desa Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Mengenakan pakaian tradisional, para wanita dan pria berjalan puluhan kilo meter jauhnya menuju makam dengan nyeker alias tanpa alas kaki. Sambil berjalan, mereka sambil menenteng hasil bumi yang nantinya dimasak di makam.

Keturunan Ki Bonokeling tersebar di Kabupaten Cilacap dan Banyumas. Jumlahnya ribuan. Begitu tiba di makam, para keturunan Ki Bonokeling akan menginap selama satu malam. Keesokan harinya, mereka berdoa di depan makam. Selanjutnya, mereka membersihkan makam. Makanan yang disajikan dalam tradisi perlon unggahan adalah nasi, serundeng, dan sayur berkuah. Adalah kaum pria yang diwajibkan untuk memasak. Selesai dimasak, makanan dibagikan kepada warga dengan daun pisang sebagai wadahnya.

 

5. Megibung di Karangasem

[caption id="" align="alignnone" width="1280"]Tradisi warga Indonesi jelang Ramadhan - Megibung di Karangasem, Bali Sumber: dakwahmuslimbali.com[/caption]

Makan bersama. Itulah tradisi megibung yang dilakukan umat Islam di Karangasem, Bali guna menyambut datangnya Ramadan. Warga membentuk kelompok yang terdiri dari 5—8 orang lalu duduk melingkar. Di tengah-tengah mereka, terdapat nasi, sayur, dan lauk-pauk yang diletakkan di atas nampan atau tampah berlapis daun pisang. Hidangan tersebut lantas disantap bersama-sama oleh satu kelompok dengan cara muluk atau makan langsung dengan tangan tanpa sendok dan garpu.

Beberapa aturan dalam tradisi megibung adalah warga harus mencuci tangan sebelum makan, tidak boleh menjatuhkan makanan yang telah ia ambil, dan tidak boleh mengambil jatah makanan anggota kelompok lain. Tidak ada perbedaan strata dalam tradisi ini. Semua menyatu. Lewat tradisi ini, keakraban antarwarga pun kian terjalin erat.

Megibung berasal dari kata gibung yang berarti berbagi satu dengan yang lain. Tradisi ini diperkenalkan raja Kerajaan Karangasem I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem pada 1692 Masehi. Saat itu, dalam perjalanan menaklukkan kerajaan di Lombok, sang raja meminta para prajuritnya untuk beristirahat sejenak dengan makan bersama sambil duduk melingkar. Raja pun turut makan bersama bersama prajurit-prajurit tersebut.

Komentar