04.Dec.2015

Kenalan dengan 5 Suku Pedalaman di Asia Tenggara


Suku Pedalaman di Asia Tenggara - Aladiners, menjelajah negara-negara di Asia Tenggara itu menyenangkan, lho. Selain murah dan ramah, kamu juga bisa mengenal beragam budaya yang sebenarnya punya banyak kemiripan dengan budaya Indonesia. Kalau wisata belanja di Bangkok, main air di Boracay, atau mengagumi keindahan Angkor Wat di Siem Reap udah terlalu biasa untuk kamu, kenapa nggak coba mengunjungi suku pedalaman di negara-negara tetangga aja? Mister Aladin punya rekomendasi 5 suku pedalaman yang bisa kamu datangi, nih!

0
0
0

 

Suku Pedalaman di Asia Tenggara yang bisa kamu kunjungi

 

1. Suku Batak di Filipina

Bukan, ini bukan suku di Sumatera Utara. A�Batak dalam dialek Palawan, tempat tinggal suku ini, berarti a�?gununga�?. Mereka adalah suku pedalaman terancam punah yang mendiami Filipina sejak 50.000 tahun lalu.

[caption id="attachment_36458" align="aligncenter" width="900"] Sumber: Royal Geographical Society (Hong Kong)[/caption]

Untuk kenalan sama mereka, kamu bisa naik pesawat selama 65 menit atau naik kapal feri dari Manila ke Pulau Palawan. Setelah itu, kamu bisa naik bis selama 3 jam dan jalan kaki menyusuri sungai untuk sampai ke permukiman suku yang ramah dengan turis asing ini.

 

2. Suku Akha di Thailand

Suku pedalaman ini tinggal di daerah pegunungan Thailand dan dulunya berasal dari dataran Cina. Untuk main ke sana, langsung aja pesen tiket penerbangan Jakarta ke Chiang Rai. Sampai di sana, kamu masih harus naik mobil beberapa jam lagi untuk tiba di desa Baan Huay Kee Lek, tempat tinggal mereka.

[caption id="attachment_36459" align="aligncenter" width="1024"] Sumber: asiangeo.com[/caption]

Inget, jalan bareng pemandu lokal wajib hukumnya, supaya kamu bisa lebih paham budaya mereka dan lebih mudah berbaur. Satu hari kerasa kurang? Kamu bisa nginep bareng mereka untuk beberapa hari, kok!

 

3. Suku Kayan di Myanmar

Satu hal yang khas dari Suku Kayan adalah para perempuannya yang mengenakan tumpukan kalung untuk memanjangkan leher mereka sejak masih kecil. Jumlah kalung akan ditambah seiring bertambahnya usia. Makin panjang leher, makin dianggap cantik. Begitu kalung dilepas, kebanyakan dari mereka bahkan tidak bisa lagi menopang leher sendiri. Kasihan, ya Aladiners.

[caption id="attachment_36460" align="aligncenter" width="1030"] Sumber: gomyanmartours.com[/caption]

Perempuan suku Kayan terkenal jago memahat dan menenun, jadi tidak ada salahnya kamu beli hasil karya mereka sebagai bentuk penghargaan. Mau ketemu mereka? Setelah terbang dari Jakarta ke Yangon, kamu harus naik kereta ke Taungoo lalu naik bis ke Loikaw. Agak jauh, sih, tapi layak dicoba!

 

4. Suku Hmong di Vietnam

Suku pedalaman yang satu ini bisa dijumpai di Sapa, daerah perbukitan hijau di barat laut Vietnam yang bisa dicapai dalam waktu 10 jam dari Hanoi. Untuk sampai ke permukiman mereka di desa Cat Cat, kamu perlu sedikit trekking melewati jalur yang menantang selama beberapa jam. Tenang aja, rasa capek kamu akan terbayar dengan indahnya pemandangan sekitar!

[caption id="attachment_36461" align="aligncenter" width="1000"] Sumber: vietnamonline.com[/caption]

Mereka udah cukup terbiasa berhadapan dengan turis, jadi kamu tidak perlu ragu-ragu untuk ngedeketin mereka. Mereka bahkan bisa jadi pemandu yang menyenangkan dan jago bahasa Inggris.

 

5. Suku Baduy di Indonesia

Sebagai warga negara Indonesia, jangan sampai kamu tidak mengunjungi suku yang tinggal di pedalaman hutan Banten ini. Dari Jakarta, perkampungan mereka bisa dicapai dengan naik kereta dan angkot selama beberapa jam aja, kok!

[caption id="attachment_36462" align="aligncenter" width="1024"] Sumber: indonesia.travel[/caption]

Suku Baduy terbagi menjadi dua, Baduy dalam dan luar. Penduduk Baduy luar sudah beradaptasi dengan kebudayaan modern, sementara di Baduy dalam, menyalakan listrik, makan dengan piring kaca, hingga berfoto semuanya dilarang! Selain itu, di antara kelima suku yang disebutkan di tulisan ini, mereka adalah satu-satunya suku yang menolak kedatangan orang asing, lho.

 

 

 

Komentar