19.Jul.2019

Yuk, Mampir ke 5 Patung dan Monumen Khas Surabaya Ini


Rek ayo rek, mlaku-mlaku nang Tunjungan. Rek ayo rek, rame-rame bebarengan. Kalian tahu dari mana asal lagu itu? Betul sekale, dari Surabaya. Kalau kalian lagi mlaku-mlaku alias jalan-jalan ke Surabaya, jangan lupa mampir ke 5 patung dan monumen khas Surabaya ini, ya. Kece-kece, lho, patung dan monumennya. Bisa banget buat foto-foto dan dipajang di Instagram.

0
0
0

 

1. Jalesveva Jayamahe

Sumber: https://www.flickr.com/photos/67190964@N08/6400646609

Di laut kita jaya. Itulah arti dari Jalesveva Jayamahe, motto TNI AL yang menjadi nama monumen di kawasan Tanjung Perak. Monumen Jalesveva Jayamahe berupa patung perwira TNI AL setinggi 30,6 meter yang ditopang gedung beton bundar setinggi 6 meter. Pada patung tersebut nampak nampak tangan kanan perwira TNI AL berada di pinggang, tangan kirinya memegang pedang, dan wajahnya menatap lautan. Sementara itu, gedung penompangnya adalah museum yang berisikan seluk-beluk TNI AL.

Kalian tahu I Nyoman Nuarta, seniman yang merancang patung GWK di Bali? Nah, dia pulalah yang merancang Monumen Jalesveva Jayamahe. Biaya pembuatan monumen ini gedhe banget, lho, Rp27 miliar. Busyet! Monumen ini diresmikan pada 1996 oleh Presiden RI saat itu, Soeharto.

Kalau kalian mau ke sana, kalian kudu izin terlebih dahulu kepada anggota TNI AL yang berjaga di sana sebab memang Monumen Jalesveva Jayamahe bukanlah tempat yang terbuka untuk umum. Jika kalian berhasil masuk dan sampai di puncak, siap-siap diserang angin yang super sepoi-sepoi. Asyik banget, dah!

 

2. Parasamya Purnakarya Nugraha

Sumber: https://jatim.idntimes.com/news/jatim/fitria-madia/tugu-parasamya-purnakarya-nugraha-jadi-simbol-keberhasilan-jawa-timur/full

Parasamya Purnakarya Nugraha merupakan penghargaan bagi provinsi atau kabupaten/ kota atas keberhasilan pembangunan. Jawa Timur, ibu kota Surabaya sudah tiga kali mendapat penghargaan tersebut, yakni pada 1974, 2014, dan 2017. Parasamya Purnakarya Nugraha yang berhasil diraih Provinsi Jawa Timur lantas diwujudkan dengan pendirian patung yang sekaligus jadi simbol titik 0 km Surabaya.

Di mana kalian bisa menemukan patung Parasamya Purnakarya Nugraha? Kalau kalian melintas di depan Kantor Gubernur Jawa Timur di Jalan Pahlawan, kalian bisa melihat patung tersebut. Patung Parasamya Purnakarya Nugraha diresmikan pada 2018 oleh Gubernur Jawa Timur saat itu, Soekarwo atau akrap disapa Pakde Karwo.

Kalau kalian lihat sekilas, patung Parasamya Purnakarya Nugraha yang berwarna emas itu berwujud wanita penari. Ya, kalian gak salah. Patung tersebut memang berwujud penari Remo, penari Gandrung, seniman Reog, dan pemain karapan sapi. Itu semua adalah kesenian khas Jawa Timur. Siapa, sih, perancang patung Parasamya Purnakarya Nugraha? Lagi-lagi, the one and only I Nyoman Nuarta. Ia “hanya” butuh waktu 2 bulan untuk menyelesaikan patung yang megah itu. Hebat, ya?

 

3. Bambu Runcing

Sumber: https://mapio.net/pic/p-11861811/

Bambu runcing punya jasa besar bagi perjuangan arek-arek Suroboyo. Penjajah menyerang dengan tembakan, arek-arek Suroboyo membalas dengan tusukan bambu runcing. Kalau dulu bambu runcing jadi senjata, kini bambu runcing jadi monumen di Jalan Panglima Sudirman. Di sana, berdiri lima bambu besar dengan tinggi yang berbeda-beda. Tentu, monumen tersebut bukan terbuat dari bambu, melainkan dari beton. Bentuknya saja yang menyerupai bambu. Sesekali, kamu bisa melihat air mancur dari kelima bambu tersebut.

 

4. Tugu Pahlawan

Sumber: https://www.klook.com/en-US/activity/17852-private-car-charter-surabaya/

Menjulang setinggi 41 meter (45 yard). Di bagian tubuhnya, terdapat 10 lengkungan. Lengkungan itu terdiri dari 11 ruas. Itulah Tugu Pahlawan. Jika angka-angka tadi digabung akan membentuk tanggal 10-11-’45. Itu adalah saat pertempuran pecah di Surabaya, saat arek-arek Suroboyo melawan penjajah. Untuk mengenang peristiwa tersebut, dibangunlah Tugu Pahlawan.

Bentuk dari Tugu Pahlawan adalah paku terbalik. Kenapa? Tajamnya paku adalah simbol agar penjajah tidak berkenan lagi menginjakkan kaki di Surabaya. Tugu Pahlawan diresmikan pada 1952 oleh Presiden Soekarno. Di dekat Tugu Pahlawan ada bangunan menyerupai piramida. Saat masuk ke dalamnya, kamu akan tahu bahwa piramida tersebut sebenarnya adalah museum yang menyimpan beragam koleksi tentang sejarah Surabaya, termasuk rekaman asli suara Bung Tomo kala menyemangati arek-arek Suroboyo berjuang mengusir penjajah.

Surabaya adalah kota pahlawan dan 10 November diperingati sebagai hari pahlawan. Biasanya, pada peringatan hari pahlawan, di area Tugu Pahlawan sering diselenggarakan drama tentang kisah perjuangan arek-arek Suroboyo. Lokasi Tugu Pahlawan tepat di seberang patung Parasamya Purnakarya Nugraha. Jadi, saat melintas di depan kantor Gubernur Jawa Timur, kamu akan melihat dua landmark Surabaya sekaligus.

 

5. Suro dan Boyo

Sumber: https://surabayainside.com/patung-suro-dan-boyo-bakal-dilengkapi-jembatan-penyeberangan-orang/patung-suro-dan-boyo/

Yang namanya Suroboyo pasti di sana ada patung ikan suro dan boyo (buaya). Dua binatang itu adalah ikon Kota Surabaya. Nama Surabaya diambil dari keduanya, yakni ikan sura dan baya (buaya). Di mana lokasi patung sura dan boyo? Kebanyakan dari kalian mungkin akan menjawab di depan kebun binatang Surabaya alias KBS alias bonbin. Jawaban itu nggak salah karena memang salah satu patung suro dan boyo ada di sana. Salah satu? Ya, Surabaya punya tiga patung suro dan boyo dan yang terbaru ada di kawasan Pantai Kenjeran.

Patung suro dan boyo terbaru ini tinggi banget, lho. Mau tahu berapa tingginya? 25,6 meter! Peresmiannya pada 29 Mei 2019, 2 hari sebelum HUT Surabaya. Huah, jadi kado yang istimewa banget, ya. Patung tersebut berada di kompleks Taman Suroboyo seluas 11.900 m2. Ke depannya, akan dibangun wahana kereta gantung di situ. Wihh, asyik banget!

Adalah I Wayan Inten, seniman asal Pulau Dewata yang merancang patung Suro dan Boyo terbaru. Ia mengerjakannya selama 3 bulan. Patung hasil karya I Wayan Inten tersebut merupakan patung suro dan boyo terbesar dibandingkan dua patung suro dan boyo lainnya yang terletak di depan Bonbin dan di Sungai Kalimas.

Komentar