22.Sep.2015

Suku Dayak, Identitas Kalimantan di Pedalaman


 

0
0
0

Tersebar di seluruh wilayah Kalimantan, suku Dayak adalah penduduk asli pulau ini yang masih banyak tinggal di pedalaman. Dari nama-nama mereka yang berkaitan dengan sungai, bisa diketahui bahwa mereka menganut budaya bahari (karena banyaknya sungai yang terdapat di Pedalaman Kalimantan). Arti dari kata Dayak sendiri masih bisa diperdebatkan. Ada yang mengatakan bahwa Dayak berarti manusia, sementara yang lainnya berpendapat bahwa kata ini berarti pedalaman.

Orang-orang Ibanlah yang mengartikan Dayak sebagai manusia. Sedangkan, orang-orang Tunjung dan Benuaq mengartikannya sebagai hulu sungai. Ada yang membagi orang Dayak dalam enam rumpun, yakni rumpun Klemantan alias Kalimantan, rumpun Iban, rumpun Apokayan (Dayak Kayan, Kenyah dan Bahau), rumpun Murut, rumpun Ot Danum-Ngaju, dan rumpun Punan. Suku terbanyak adalah suku Dayak Kenyah yang menggunakan aksesoris di tubuh mereka.

 

Sumber gambar: Wikipedia

Umumnya, suku Dayak memiliki perhiasan berupa manik-manik yang terbuat dari batu alam. Dahulu, batu-batu ini dibentuk dengan tangan dan tanpa bantuan mesin, sehingga terlihat lebih kusam dibandingkan dengan manik-manik modern buatan pabrik. Selain itu, ada juga perbedaan berat di bebatuan dan manik-manik tersebut. Jika ingin membuktikan bahwa manik-manik tersebut asli dari Suku Dayak atau bukan, lakukan tes dengan cara membakarnya. Masyarakat Dayak, khususnya kaum prianya, tidak mengenal aksesories batu lain selain perhiasan manik-manik. Aksesoris yang umum mereka gunakan berasal dari hewan hasil buruan, seperti taring dan gigi beruang atau taring babi. Jika di Papua taring babi dijadikan perhiasan yang ditusukkan di hidung, Suku Dayak menjadikan taring tersebut untuk buah kalung mereka.

 

Sumber gambar: Wikipedia

Ciri khas Suku Dayak lainnya adalah Tato. Bagi masyarakat Dayak, tato memiliki makna yang sangat mendalam. Tato merupakan bagian dari tradisi, religi, dan status sosial seseorang dalam masyarakat, Tato juga bisa dijadikan bentuk penghargaan suku terhadap kemampuan seseorang. Oleh karena itu, tato tidak bisa dibuat sembarangan. Semakin banyak tato, "obor" mereka akan semakin terang. Dengan begitu, mereka menganggap jalan menuju alam keabadian semakin lapang. Meski demikian, tetap saja tato tidak bisa dibuat sebanyak-banyaknya secara sembarangan, karena harus mematuhi aturan - aturan adat. Tato pada lelaki maupun perempuan dibuat secara tradisional dengan menggunakan duri buah jeruk yang panjang. Seiring dengan perkembangan zaman, pembuatan tato menggunakan beberapa buah jarum sekaligus. Satu hal yang tidak berubah adalah bahan membuat tato yang biasanya menggunakan jelaga dari periuk yang berwarna hitam.

Untuk melihat suku Dayak secara langsung, kita bisa datang ke Desa Budaya Pampang di Samarinda dan Festival Budaya Capgomeh di Singkawang. Dibutuhkan waktu tempuh selama 2-3 hari dengan menyusuri Sungai Kalimantan. Saat ini, sudah banyak suku Dayak yang berbaur dengan masyarakat, Semoga budaya asli mereka tetap terjaga tanpa lekang dimakan zaman.

Komentar

Tinggalkan Komentar: