23.Dec.2019

Keunikan 5 Gereja di Indonesia Ini Bakal Bikin Kalian Terpesona


Udah 23 Desember, nih. Dua hari lagi, yakni 25 Desember, temen-temen kita yang beragama Nasrani bakal ngerayain Natal untuk mengenang kelahiran Yesus. Pada perayaan Natal, tentu saja, gereja-gereja menggelar ibadat Natal dan ibadat itu udah digelar sejak 24 Desember alias malam Natal. Bicara soal gereja, kali ini Mister mau tunjukin keunikan 5 gereja di Indonesia. Ada gereja yang mengadopsi budaya Tionghoa, ada juga yang mengadopsi budaya Hindu. Lainnya? Baca, yuk, ulasan di bawah ini!

0
0
0

1. Gereja Yesus Gembala yang Baik - Denpasar

Sumber: https://jadwal-misa.info/index.php/view/detil/344

Menjadi Katolik yang membumi di Bali, demikian filosofi yang dipegang umat Gereja Yesus Gembala yang Baik. Gak heran kalau bangunan gerejanya kental dengan nuanasa Hindu, agama mayoritas di Bali. Seperti bisa kalian lihat di foto di atas, gerejanya mirip pura.

Di dalam gereja, kalian bisa melihat ukiran-ukiran khas Hindu seperti yang biasa kalian lihat di pura. Patung-patungnya pun dibuat mirip seperti patung khas Hindu.

Sumber: https://jadwal-misa.info/index.php/view/detil/344

Arsitektur Gereja Yesus Gembala yang Baik mengadopsi kepercayaan umat Hindu yang disebut Tri Hita Karana atau tiga sumber kebahagiaan, yakni keharmonisan hubungan antara manusia dan Tuhan, manusia dan sesama, serta manusia dan lingkungan.

Gereja Gembala Yesus yang Baik dibangun pada 2003. Bersama dengan Gereja St. Yoseph, gereja tersebut merupakan bagian dari Paroki St. Yoseph

2. Gereja Kelahiran St. Perawan Maria - Surabaya

Sumber: https://www.foodgrapher.com/2015/12/gereja-kepanjen-surabaya.html

Gereja Kelahiran St. Perawan Maria (Kelsapa) berlokasi di Jalan Kepanjen. Itulah sebabnya gereja ini juga dikenal sebagai Gereja Kepanjen. Dari foto di atas, sudah ketahuan, kan, keunikan gereja ini? Yup, batu-batanya yang dibiarkan begitu saja tanpa dipoles lebih lanjut.

Gereja yang ditetapkan sebagai cagar budaya Kota Surabaya ini bermula dari rumah doa yang berlokasi di Jalan Merak Cendrawasih. Pada 1889, lokasinya dipindahkan ke Jalan Kepanjen. Pada 1900, Gereja Kelsapa resmi berdiri.

Selain batu-bata, keunikan lain pada gereja Katolik tertua di Surabaya ini adalah desainnya yang mengadopsi gaya Eropa. Ini bisa dilihat dari penggunaan jendela bulat dan kaca mozaik warna-warni. Selain sebagai tenpat ibadah, Gereja Kelsapa juga dibuka untuk turis. Tersedia pula pemandu wisata.

3. Gereja Merah - Kediri

Sumber: https://zadinda.wordpress.com/2014/08/24/gereja-merah-kediri/

Sama seperti Gereja Kelsapa, bagian luar gereja yang satu ini tersusun atas batu bata. Hanya saja, dicat merah. Orang-orang pun menjulukinya sebagai gereja merah. Nama aslinya adalah Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) Immanuel.

Gereja Merah berdiri sejak 1904. Yang membangunnya adalah pendeta Belanda. Bagian dalam gereja, kecuali langit-langitnya, masih dipertahankan sejak dulu. Di gereja ini, tersimpan benda bersejarah, yakni alkitab berbahasa Belanda yang ditulis pada 1867.

4. Gereja Maria de Fatima - Jakarta

Sumber: https://meisianasantoso.wordpress.com/2015/10/05/gereja-katolik-santa-maria-de-fatima-toasebio/

Sekilas melihat, kalian mungkin gak ngeh kalau itu gereja. Kalian mungkin mengira itu adalah kelenteng. Wajar, karena memang bangunan Gereja Maria de Fatima sangat kental dengan nuansa Tiongkok. Gereja ini berlokasi di Glodok, Jakarta Barat. Glodok adalah salah satu kawasan pecinan.

Sumber: https://meisianasantoso.wordpress.com/2015/10/05/gereja-katolik-santa-maria-de-fatima-toasebio/

Dari bagian luar, nuansa ala-ala budaya Tionghoa sudah terlihat, yakni dari sepasang patung singa yang “menjaga” pintu masuk. Altar di bagian dalam pun mirip altar pada kelenteng. Warna khas Tiongjoa, yakni merah dan emas mendominasi sudut-sudut gereja ini.

Awalnya, Gereja Maria de Fatima adalah rumah milik seorang Tionghoa. Rumah tersebut lantas dibeli oleh pastor dan dibangun menjadi gereja. Setiap Minggu pukul 16.15 WIB, gereja ini mengadakan misa berbahasa Mandarin.

5. Gereja St. Fransiskus Asisi - Karo

Sumber: https://id-id.facebook.com/media/set/?set=a.10150127628959638.331838.91119074637&type=1

Kita tinggalkan gerea di Bali dan Jawa, kita meluncur ke gereja di Sumatera Utara, yakni Gereja St. Fransiskus Asisi di Berastagi, Kabupaten Karo.

Coba lihat foto gerejanya di atas, ada yang tahu, mirip rumah apa gaya bangunannya? Yup, rumah adat Batak. Batak Karo tepatnya. Mengadopsi gaya rumah adat Batak Karo ke dalam desain bangunan, itulah keunikan gereja ini. Mungkin, kalau tidak ada salib di bagian atap, kalian mengira itu adalah rumah adat.

Gereja St. Fransiskus Asisi diresmikan pada 2005. Pembangunan gereja ini diawali dengan runggu, yakni musyawarah adat keluarga besar Batak Karo.

Bagus-bagus, ya, gerejanya. Gereja kalian termasuk dalam daftar di atas gak, nih? By the way, selamat menyambut Natal, ya temen-temen. Mister wishes you had a wonderful Christmas!

Komentar