22.Mar.2019

Bikin Bangga! Hasil Anyaman Mama-mama Flores Ini Bawa Mereka Go International!


Dari pelosok Flores Timur, para ibu ini mampu menghasilkan karya yang bernilai jual tinggi. Hasil anyaman daun lontar khas Flores buatan mereka telah melanglang buana ke berbagai negara.

0
0
0

Du’Anyam. Itulah nama komunitas perajin barang yang terbuat dari anyaman daun lontar. Anggotanya adalah para ibu yang tersebar di puluhan desa di Flores Timur, NTT. Weitz, jangan salah. Meskipun para ibu tersebut tinggal di daerah pelosok, hasil anyaman mereka udah terkenal sampai mancanegara.

Dalam bahasa Flores, dua artinya ibu. Jadi, kalau diartikan ke bahasa Indonesia, Du’Anyam artinya ibu penganyam. Komunitas ini didirikan pada 2014 dan jumlah anggotanya 500 orang lebih. Jumlah tersebut akan terus bertambah karena Du’Anyam akan “melebarkan sayap” dengan mengajak para ibu yang tinggal di Nabire, Papua dan Berau, Kalimantan Timur.

Menganyam daun lontar sudah menjadi keseharian para ibu di Flores. Biasanya, barang yang mereka buat adalah tas gantung dan piring. Sebelum ada Du’Anyam, hasil anyaman hanya dijual di NTT. Kini, sudah diekspor hingga ke luar negeri. Selain itu, barang yang dihasilkan juga lebih banyak macamnya.

Anyaman daun lontar khas Flores

Sumber fotohttp://marketplus.co.id/2017/02/geliat-sociopreneur-fokus-pada-bisnis-yang-berkelanjutan/ (diambil dari Dok. Gandengtangan)

Asal kalian tahu, komunitas Du’Anyam menerapkan quality control alias QC. Jadi, hanya hasil anyaman yang lulus QC yang bisa dijual. Dengan adanya QC ini, para ibu di Flores jadi lebih terarah saat menganyam.

Lantas, gimana, sih, proses menganyam daun lontar? Pertama-tama, daun lontar dipetik dari pohon. Daun lontar tersebut harus yang berusia 3 bulan, yang warnanya kuning muda. Setelah dipetik, daun lontar dijemur selama 2 hari lalu disuir. Maksudnya, dipisahkan dari tulangnya. Kalau sudah, daun lontar direbus selama beberapa menit. Usai direbus, daun lontar dijemur kemudian direbus lagi.

Jika proses di atas sudah selesai dilakukan, maka saatnya menganyam daun lontar dan voila! Daun lontar sudah menjadi beragam barang yang siap pakai. Ada gelang, pembatas buku, name tag, dompet, tas, keranjang, tikar, dan masih banyak lagi. Supaya makin menarik, hasil anyaman tersebut diberi warna. Pewarnanya ada yang alami, ada pula yang buatan. Untuk pewarna alami, bahan yang digunakan adalah daun jati untuk warna merah dan kunyit untuk warna kuning.

Anyaman daun lontar khas Flores

Sumber fotohttps://medium.com/@dedewii/menganyam-asa-di-flores-timur-91b3a197a4b9

Hasil anyaman daun lontar buatan para ibu di Flores tersebut sudah melanglang buana hingga lintas benua. Diekspor ke mana saja? Ke Jepang, Amerika Serikat, Kanada, dan yang paling jauh ke Denmark. Dari pelosok Flores bisa menembus belahan dunia. Hebat, bukan? Bukan hanya memperkenalkan kerajinan khas Flores, ini juga sekaligus meningkatkan kesejahteraan para ibu di Flores. Sistem penjualannya pun berbenah. Dari yang semula hanya offline, kini juga dijual secara online.

Pada 2018 lalu, hasil anyaman khas Flores ini dipamerkan dalam ajang Salon del Mobile di Milan, Italia. Dan, yang lebih membanggakan, anyaman ini menjadi salah satu official merchandise Asian Games 2018. Masih pada ingat, kan, dengan Asian Games yang digelar Agustus—September tahun lalu?

Nah, dalam pesta olahraga terbesar se-Asia itu, hasil anyaman mama-mama Flores menjadi salah satu barang yang berlisensi resmi Asian Games, bersanding dengan brand-brand ternama lain. Proud! Jumlah anyaman yang diproduksi untuk Asian Games menjadi jumlah produksi terbesar yang pernah dibuat. Seberapa banyak? 30.000. Wihh....

Anyaman daun lontar khas Flores

Sumber fotohttps://beritagar.id/artikel/laporan-khas/duanyam-anyaman-mama-mama-ntt-di-asian-games (foto oleh  Tri Aryono Maelite)

Kalau kalian ingin lihat langsung proses pembuatan anyaman karya mama-mama Flores, kalian bisa pergi ke Desa Wulublolong yang terletak di Pulau Solor, NTT. Desa tersebut merupakan salah satu desa tempat bermukimnya anggota komunitas Du’Anyam. Dari Larantuka, perjalanannya memakan waktu lebih dari 1 jam.

Travelling ke Desa Wulublolong cocok banget buat kalian yang berjiwa adventerous. Kenapa? Ini karena perjalanan ke sana jauh banget dan medannya lumayan berat. So, kalian harus siap capek fisik dan mental. Menantang banget, deh!

Pertama-tama, kalian harus menyeberang naik kapal motor dari pelabuhan Larantuka menuju Pulau Solor. Lama waktu penyeberangannya 1 jam. Sesampainya di Pulau Solor, kalian harus menempuh perjalanan darat menuju Desa Wulublolong. Naik apa? Naik mobil. Enak, dong? Tunggu dulu, jangan harap kalian bisa naik macam mobil yang sering dijumpai kota besar. Mobilnya adalah mobil pick up alias mobil dengan bak terbuka. Udah gitu, medan yang dilalui cukup berat, yakni berupa hutan dan bukit berbatu.

Anyaman daun lontar khas Flores

Sumber fotohttp://nowjakarta.co.id/du-anyam-it-takes-a-village

Setelah capek di jalan, begitu sampai di Desa Wulublolong, kalian akan disambut para mama yang mengenakan busana yang terbuat dari kain tenun. Tak cukup sampai di situ, para mama juga menampilkan tarian selamat datang. Dengan senang hati, mereka akan menjelaskan proses membuat barang dari anyaman daun lontar. Kalian pun diperbolehkan berpartisipasi dalam proses pembuatan tersebut. Rasa capek kalian terbayar lunas, deh dengan pengetahuan dan pengalaman terkait proses pembuatan barang dari anyaman daun lontar. Interested?

Komentar